Urgensi Implementasi Tasawuf, Dampak Orientasi Ekonomi Duniawi
Oleh: Aan Zainul Anwar
Tasawuf memiliki banyak arti. Namun secara umum sebagaimana kita ketahui yaitu menurut Aljunaidi adalah membersihkan hati dari apa yang mengganggu perasaan kebanyakan mahluk, berjuang manggalkan sifat asal-asalan (instinct) kita, memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi segala seruan dari hawa nafsu, mendekati sifat-sifat kerohanian, dan bergantung pada ilmu hakikat, memakai barang yang penting dan terlebih kekal, menaburkan nasihat kepada umat manusia, memegang janji dengan Allah Swt dalam hal hakikat dan mengikuti contoh Rasulullah Muhammad Saw dalam hal syariat.
Sebagai seseorang yang beragama, ada tuntutan-tuntutan dan ajaran yang harus dipatuhi. Terlebih kita sebagai umat yang beraga Islam, tentu Islam mengajarkan dan mengatur segala hal sebab Islam adalah agama universal. Secara umum ajaran islam mengatur kehidupan manusia yang bersifat lahiriah dan batiniah. Sedangkan adanya tasawuf lahir dari unsur yang mengatur kehidupan manusia yang bersifat batiniah.
Manusia sebagai mahluk ciptaan tentu tidak bisa lepas dari yang maha menciptakan. Kemungkinan adanya tali kasihpun digambarkan dalam al-Qur'an:
فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ
"maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya," (QS. Al-Maidah : 54)
Pengertian ayat tersebut bahwa kemungkinan manusia dengan tuhan dapat saling mencintai.
Kemudian perintah Allah agar manusia senantiasa bertaubah, membersihkan diri dan memohon ampun kepada Allah Swt.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ
"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia" (QS. Tahrim : 8)
Petunjuk bahwa manusia akan senantiasa bertemu dengan Tuhan di manapun berada.
هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ
"Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah" (QS. Al-Baqarah : 210)
Tuhan dapat memberikan cahaya kepada orang yang dikehendakinya.
يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ
"Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki" (QS. An-Nur :35)
Alqur'an juga mengingatkan bahwa manusia supaya tidak diperbudak oleh gemerlap kehidupan dunia, harta dan benda yang bisa membuat orang terlena.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ
"Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah." (Qs Al-Fatir: 5)
Allah juga berfirman supaya manusia senantiasa bersifat sabar dalam menjalani pendekatan diri kepada Allah Swt.
وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
"Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar."(QS. Ali Imran : 146)
Dari beberapa firman Allah Swt diatas jelas bahwa tasawuf harus dipelajari dan diamalkan oleh setiap individu. Sebab tashawuf adalah langkah menuju kebahagiaan ruhani. Tentu manusia tidaklah cukup hanya mengandalkan amaliyah lahiriah saja. Dalam artian, syariah saja.
Amaliyah lahiriah terbagi menjadi dua yaitu larangan seperti minum-minuman keras, berzina, membunuh dan seterunya dan juga perintah seperti sholat, zakat, puasa, haji dan seterusnya sehingga dari larangan dan perintah tersebut kemudian juga menghasilkan hukum sah dan tidak sah serta dalam perilaku berarti menghasilkan hukum halal, haram, makruh dan mubah.
Dari hukum amaliyah lahiriah diatas tentu tidaklah cukup, sebab ketika muncul sebuah pertanyaan diterima apa tidaknya suatu ibadah, maka ilmu tasawuflah yang menjawab. Sebab ilmu tashawuf mengajarkan amaliyah batiniyah atau qolbu (hati) sehingga berkaitan dengan niat serta keadaan hati sebagai sumber keinginan terhadap segala sesuatu. Dengan demikian, amaliah batiniyahpun terbagi menjadi dua yaitu perintah dan larangan. Perintah contohnya seperti iman kepada Allah Swt, malaikat, kitab-kitab-Nya, nabi dan rasul-Nya, ikhlash, ridho, bersykur, jujur, khusu', tawakal, dan seterusnya. Adapun larangannya adalah musyrik (menyekutukan Allah Swt), nifaq, takabur, dendam, riya', ujub, iri, dengki, dan lain sebagainya.
Dari sinilah mempelajari ilmu tashawuf menurut hujjatul islam Imam Al-Ghozali hukumnya adalah fardhu 'ain.
Nabi Muhammad Swt dalam satu riwayat, sangat menekankan kepada para sahabat untuk memperbaiki hatinya. Dan beliau menjelaskan bahwa kebaikan manusia tergantung pada kebaikan hatinya. Beliau bersabda :
"ingatlah! Sesungguhnya dalam jasad ada segumpal darah (hati), jjika baik maka baiklah seluruh jasad, jika jelek maka jelek pula seluruh jasad. Ingatlah! Segumpal darah itu adalah qolbu (hati)". (HR. Bukhari)
Membersihkan hati, mensucikan jiwa termasuk fardhu paling utama dan merupakan kewajiban ilahi dibalik perintah-Nya. Sebagaimana ditegaskan dalam ayat Al-Qur'an :
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
"Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi" (QS. al-A'raf :33)
وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
"janganlah mendekati keburukan-keburukan baik yang tampak maupun tersembunyi (lahir dan batin)". ( QS. al-An'aam :151)
Hakikat tasawuf adalah mendekatkan diri kepada Allah Swt melalui pensucian diri melalui amaliyah-amaliyah secara benar menurut Islam yang tentunya berlandaskan al-Qur'an dan Hadits. Beberapa ayat yang memerintahkan untuk mensucikan diri (tazkiyatun Nafs) diantaranya adalah:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَ
"Sungguh bahagialah orang yang mensucikan jiwanya" (QS. As-Syams :9)
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي (30)
"Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jama'ah hamba-hamba-Ku dan masuklah kedalam syurga-Ku (QS. al-Fajr : 27-30)
Jadi, fungsi tashawuf dalam hidup adalah menjadikan manusia berkepribadian yang sholih dan berperilaku baik dan mulia serta ibadahnya berkualitas. Ada sebuah tuntutan bagi mereka yang masuk kedalam thoriqot atau aliran tashawuf yang benar yaitu diantaranya haruslah selalu mengamalkan dzikir atau ingat kepada Allah, jujur, istiqomah, tawadhu', dan sebagainya.
Semua itu jika dilihat pada diri Rasulullah Muhammad Saw yang pada dasarnya sudah menjelma dalam kehidupan sehari-harinya, apalagi dimasa remaja dimana nabi Muhammad Saw dikenal sebagai manusia yang digelari al-Amin, Shiddiq, Fathonah, Tabligh, Sabar, Zuhud, dan termasuk berbuat baik kepada musuh dan lawan yang tidak berbahaya atau yang sekiranya bisa diajak kembali kejalan yang benar.
Praktis, kehidupan Rasulullah Saw yang tercatat dalam sejarah selalu dan berupaya ingin ditiru dalam kehidupan serta perilaku seorang sufi. Sehingga tujuan yang terpenting dari tashawuf adalah lahirnya akhlak yang baik dan menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain dan bermartabat disisi Allah.
Maka, tanpa tashawuf hidup seseorang pasti hampa, sekalipun harta bergelimpangan, jabatan tertinggi, hingga perintah yang tiada terbantah. Dalam kehidupan modern, orientasi pada sosial ekonomi menjadi tujuan hidup setiap manusia. Meskipun berpendidikan tinggi, bergelar profesor maupun doktor, tapi jika hati kosong, maka tashawuf menjadi obat yang mengatasi krisis kerohanian baik dari segi akhlak maupun tujuan pelaksanaan amaliyah lahiriah yang telah lepas dari pusat dirinya terutama yang tidak mengenal lagi siapa dirinya, arti dan tujuan hidup yang sesungguhnya.
Ketidak jelasan atas makna dan tujuan hidup ini membuat penderitaan batin. Maka melalui spiritualitas Islam, ladang kering menjadi tersirami air sejuk dan memberikan penyegaran jiwa serta mengarahkan hidup lebih baik dan jelas arah tujuannnya.
Komentar